Ramadhan, Lebaran & Kesholehan

BEKASI | DEKTIKKARAWANG.CLICK | “Semakin tinggi martabat manusia yang menjadi pemeluknya maka semakin tinggi pula martabat agama itu sendiri.”_ – Abdurrahman Wahid

Bulan Ramadhan adalah bulan paling suci bagi umat Islam diantara 12 bulan tahun Hijriyah. Pada bulan Ramadhan, turun ayat pertama Al Qur’an, yakni “Iqra’ bismi rabbikallażī khalaq” yang artinya “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan”. Adapun surah pertama Al Qur’an yang diturunkan Allah Swt di bulan Ramadhan adalah surah Al Alaq ayat 1 – 5.

Bulan Ramadhan diperintahkan sebagai bulan berpuasa bagi umat Islam. Hal ini tertulis pada Al Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183, yang berisi seruan Allah kepada orang-orang beriman untuk berpuasa. Selanjutnya pada Surat Al-Baqarah ayat 185, yang berisi perintah untuk berpuasa seperti orang-orang sebelum kita agar kita bertakwa.

Artinya, bulan Ramadhan memiliki banyak sekali keutamaan, yakni: Bulan turunnya Al-Qur’an,

Bulan pengampunan,

Bulan penuh rahmat,

Bulan di mana Allah SWT membuka pintu surga, menutup pintu neraka, dan membelenggu setan,

Bulan di mana Allah SWT memberikan pengampunan kepada hamba-hamba-Nya, Bulan di mana setiap amal kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya.

Bagaimana dengan Iedul Fitri atau Hari Raya Lebaran? Iedul Fitri kerap dimaknai sebagai “audah ila al-fithrah” atau kembali kepada fitrah dalam arti kesucian. Padahal, secara semantik, Idul Fitri itu artinya adalah “Hari Raya Makan”, karena memang pada hari Idul Fitri umat Islam diharamkan berpuasa.

Iedul Fitri bukan kembali kepada kesucian, tetapi merayakan kemenangan dan kebahagiaan dengan menikmati kembali makanan dan minuman setelah berpuasa seraya bertakbir, bertahmid, bertasbih, bertahlil, bersilaturrahim, dan saling memaafkan.

Hari Raya Iedul yang berarti “hari raya berbuka puasa” tersebut, sebagai upacara ritual dalam mengakhiri bulan Ramadan, bulan puasa, bulan doa, dan bulan refleksi diri. Artinya, dengan merayakan Iedul Fitri, kita telah berhasil melewati beragam ujian melawan hawa nafsu, syahwat, pengendalian emosi, ketaatan atas perintah Allah Swt serta proses “pencucian diri” untuk menjadi “bersih” dari segala dosa dan noda keduniawian.

KESHOLEHAN HAKIKI

Makna kata sholeh menurut kamus Oxford Language adalah _”ketaatan (kepatuhan) dalam menjalankan ibadah; kesungguhan menunaikan ajaran agama”._ Kesholehan tercermin pada sikap hidup seseorang.

Kesholehan dalam konteks Ramadhan dan Iedul Fitri berarti _”keberhasilan seseorang dalam melewati masa ujian mental, moral, rohani dan spiritual yang digariskan oleh Allah Swt”._ Ritual berpuasa dan saling memaafkan di bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Iedul Fitri, harus menjadikan kita umat Islam untuk memperbanyak introspeksi dan refleksi  diri, agar kekurangan dan dosa2 yang sudah diperbuat, tak akan terulang dan diulang lagi dimasa mendatang.

Pemahaman, penghayatan dan pengamalan konkret atas nilai2 dalam berpuasa di bulan Ramadhan dan saling memaafkan di Hari Raya Iedul Fitri, masih terlihat sebatas seremoni semata tanpa banyak perbaikan. Nilai2 kesholehan yang tertanam dan ditanamkan selama satu bulan berpuasa, masih dimaknai sebagai ritualisme rutin tahunan yang lebih bersifat ketaatan keagamaan.

Padahal jika nilai2 mulia yang bermakna “kembali ke ajaran2 kebajikan dalam beragama” tersebut benar2 diimplementasikan dalam kehidupan sosial, tentu saja akan memberikan dampak langsung terhadap toleransi beragama, saling tolong menolong, tidak melakukan korupsi, fitnah & caci maki tanpa dasar serta memberikan kemanfaatan untuk orang lain.

Kita sering “terjebak” kedalam formalisme religiusitas kaku yang seremonial, namun lupa makna, filosofi serta implementasi nilai2 kebajikan tersebut dalam kehidupan bermasyarakat.

Nilai2 kesholehan ritual masih sebatas seremonial tanpa jiwa. Implementasi nilai2 kesholehan ritual kedalam kehidupan sosial secara konsisten dan bertanggungjawab, akan mewujudkan kesholehan hakiki yang  komplit dan memberikan efek langsung dalam kehidupan sosial, berbangsa dan bernegara.

Tentu saja kesholehan hakiki yang lebih bermakna terhadap perbaikan spiritual, moralitas dan mentalitas umat ini harus dimulai dan diberikan contoh alias keteladanan dari Para Pemimpin. Peran para Pemimpin dalam organisasi (negara) dalam memberikan keteladanan positif, sangat memberikan dampak langsung terhadap seluruh sendi2 kegiatan berbangsa dan bernegara.

Saatnya Ramadhan dan Iedul Fitri 1446 H / 2025 M menjadi titik awal negeri ini untuk bergerak lebih cepat guna memperbaiki segala ketertinggalan dari bangsa lain secara lebih komprehensif.

Mari kita wujudkan niat dengan kebersamaan, persatuan dan tentu saja selalu berpedoman kepada nilai2 ajaran agama yang bertujuan untuk berbuat kebajikan dan kemanfaatan bagi semua orang. Semoga negeri ini menjadi lebih baik, lebih cerdas, lebih sejahtera dan lebih bermartabat di forum Internasional.

Bekasi, 30 MARET 2025

Dr. Yosminaldi, SH.MM (Pemerhati Sosial, Kebangsaan & Keagamaan)

(IS)

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles